
Departemen Geografi Pembangunan Fakultas Geografi UGM telah menyelenggarakan seminar bulanan Sustainable Development Goal’s (SDG’s) Seminar Series yang ke #53 pada 30 Mei 2020 dengan tema “Land Subsidence as a sleeping disaster: Case Studies from Indonesia”. Seminar dilaksanakan secara daring dengan menggunakan media Webex. Narasumber yang diundang pada kesempatan kali ini adalah Dr. Erlis Saputra M.Si., selaku Dosen Fakultas Geografi UGM yang memaparkan materi land subsidence diambil dari disertasi beliau. SDG’s Seminar Series daring kali ini dipenuhi dengan peserta yang sangat antusias dan bersemangat. Webex room mencapai batas maksimal pada 10 menit pembukaan dan penuh hingga akhir acara.
Dr. Erlis Saputra M.Si menjelaskan bahwa land subsidence adalah wicked problem yang berpengaruh pada masalah-masalah lainnya. Kejadian land subsidence yang panjang membuat tidak banyak masyarakat menyadari dan merespon fenomena tersebut sejak dini. Land subsidence memiliki beberapa konsekuensi gabungan langsung dan tidak langsung yang berbeda untuk hampir semua rumah tangga. Salah satu dampak adanya land subsidence yang mengakibatkan kerusakan yaitu berkurangnya sumber pendapatan masyarakat yang terkena dampaknya. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran, pengetahuan, dan sumber daya. Kapasitas ekonomi yang tidak memadai membatasi keinginan untuk merespons keadaan yang ada, sehingga individu yang terkena dampak harus beradaptasi atau mencegah masalah dalam jangka waktu yang lama. Masyarakat lebih merespon dengan memperbaiki yang rusak bukan untuk berpindah atau memberbaiki secarapermanen.
Pemerintah dan NGO (Non-Government Organization) lebih berfokus pada penyelesaian masalah parsial namun belum bisa menyelesaikan masalah ekosistem. Masalah parsial bisa saja dapat diatasi meski begitu masalah disekitarnya tetap ada atau semakin parah. Selama ini pemerintah cenderung memberikan bantuan untuk meninggikan jalan padahal cara tersebut tidak cocok dengan scale of the problem. Pusat dan pemerintah lokal memiliki pendekatan yang berbeda dalam menangani masalah. Dr. Erlis Saputra M.Si merekomendasikan solusi dengan compressive approach yang meliputi kepedulian/ awareness masyarakat dan persiapan diri terhadap land subsidence yang didukung oleh pusat dan NGO, serta dalam penetapan daerah land subsidence harus didasarkan agenda yang tepat agar selalu menjadi hal yang penting dan alokasi dana yang besar tersedia apabila terjadi dampak. Hal ini mencangkup serangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengumpulkan informasi yang hilang, dan diperlukan reformasiinstitusional.
Nantikan SDG’s Seminar Series selanjutnya, semoga memberikan manfaat dan dampak bagi khalayak luas. Ajak rekan dan kolega untuk berdiskusi bersama di SDG’s Seminar Series. Terus ikuti perkembangan kami di Instagram Official @sdgsseminarseries.
cr : timsdgs, Juni 2020