Departemen Geografi Pembangunan Fakultas Geografi UGM telah menyelenggarakan seminar bulanan Sustainable Development Goals (SDGS) Seminar Series yang ke #61 pada Jumat, 29 Januari 2021 dengan tema “Integrasi SDGs dalam RPJMDesa Wonokromo”. Seminar dilaksanakan secara daring dengan menggunakan media Webex dan live Youtube. Narasumber pada series kali ini adalah HM. Nasruddin Anshoriy Ch (Penulis dan Pengasuh Pesantren Budaya Ilmu Giri Yogyakarta) dan AM Machrus Hanafi (Lurah Desa Wonokromo Pleret Bantul). Dipandu oleh Host Dr. Erlis saputra, M.Si. (Ketua Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas Geografi UGM) dan Keynote Spreaker Prof. Dr. M. Baiquni MA serta dimoderatori Surani Hasanati, S.Si., M.Sc. (Dosen Program Studi Pembangunan Wilayah Fakultas Geografi UGM). Series kali ini mengusung point SDGS ke 16 (Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan yang Kuat) dan ke 17 (Kemitraan untuk mencapai tujuan).
Sesi pertama diisi oleh HM. Nasruddin Anshoriy Ch selaku Penulis dan Pengasuh Pesantren Budaya Ilmu Giri Yogyakarta, beliau memaparkan perihal Islam dan SDGs dalam prespektif kebudayaan. Beliau memaparkan poin poin materi. Pertama, Islam merupakan ajaran ketuhanan yang kemudian menjadi aqidah. Kedua, Perintah islam pertama kali adalah iqro yang artinya menganjurkan manusia untuk selalu membaca dan mencari ilmu sebelum bertindak. Ketiga, menuntut ilmu bersifat wajib. “Dalam Islam semua umat memiliki kewajiban menuntut ilmu seumur hidupnya, baik laki-laki maupun perempuan. Islam adalah ajaran pembebasan budak, berbuat adil, dan menebar kebaikan” lanjut beliau saat memaparkan. Selanjutnya, poin fokus perbaikan hidup dan lingkungan. Tugas utama manusia memakmurkan bumi. Poin selanjutnya, sesama makhluk saling bersinergi dan tidak berkompetisi. Islam telah menjalankan poin-poin SDGs sejak 15 abad yang lalu. Islam peduli terhadap kemajuan sains dan teknologi. Poin kesepuluh, islam tidak anti modernisasi tapi menolak eksploitasi alam. Poin kesebelas, islam masuk ke nusantara secara damai melalui perdagangan. Poin kedua belas, adanya situs mataram islam bukti relasi islam yang baik. Poin ketiga belas, terdapat buku penting yang membahas Ulama dan tarekat di Wonokromo, Buku Bulan sabit muncul dibalik pohon beringin karya Mitsuo Nakamura. Buku pesantren, madrasah, sekolah oleh Kareel Stenbring. Buku Kyai dan Perubahan Sosial oleh Hiroko Horikoshi. Sejarah Tarekat oleh Martin Van Bruinesen. Buku Perubahan sosial di Yogyakarta oleh Selo Sumardjan. Poin keempat belas pendidikan akhlak adalah hal utama dalam acuan nilai dalam kedaulatan. Poin kelima belas Untuk mewujudkan masyarakat madani membutuhkan segenap komponen bangsa. Poin keenam belas Terdapat 3 tahapan dalam mewujudkan masyarakat madani yaotu dalam Fikih Ahkam, Fikih Siyasah, Fikih Kebudayaan. Poin ketujuh belas RPJM di wonokromo jelas membutuhkan sinergi dan gotong royong dari seluruh pihak yang terkait. “Kerja sama antar pihak terkait diharapkan mempu untuk mewujudkan Kalurahan Wonokromo yang mewariskan khazanah intelektual dalam mengelola Mataram Islam. Pengelolaan tersebut kemudian dituiskan dalam tiga hal penting yaitu Nitipraja, Sastra Gendhing, dan Pangracutan” jelas belau dalam akhir sesi materi.
Sesi selanjutnya AM Machrus Hanafi atau kerap disapa Pak Lurah Wonokromo memaparkan perihal Peluang dan Tantangan SDGs di Desa Wonokromo. “Kalurahan Wonokromo menghadirkan lima ahli untuk membantu penyusunan RPJM yang mengacu terhadap SDGs. Dengan mengacu terhadap sejarah dan bukti-bikti lainnya kemudian RPJM disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik kalurahan wonokromo” tangkas beliau saat mengawali pemaparan materi. Kalurahan Wonokromo berada di Kecamatan Pleret dengan luas 433.969 hektar dengan jumlah penduduk 13.882 jiwa. Pekerjaan warga Kalurahan Wonokromo cukup beragam, tetapi sampai sekarang masih didominasi oleh pegawai negeri. Kondisi sosial masyarakat di kelurahan wonokromo, yaitu religius, massif produktif, dan memiliki semangat gotong royong. Peluang dan tantangan yang terdapat di Kalurahan Wonokromo dalam mendukung terwujudnya SDGs antara lain, sumber daya manusia, sumberdaya pendidikan, sumberdaya agama dan budaya, sumber daya kesehatan, sumber daya ekonomi, sumber daya alam. Kondisi geografis kalurahan wonokromoyang diapi 4 sungai utama memberikan ketersediaan air bersih yang mencukupi. Sungai tersebut yaitu Opak, Gadjah wong, belik, dan code. “Hal yang menjadi konsentrasi utama di Kalurahan Wonokromo yaitu mewujudkan ketersediaan SDM yang unggul dengan ketersediaan pekerjaan yang layak” lanjut beliau. Lapangan pekerjaan diharapkan dapat berkelanjutan dan memperhatikan keseimbangan ekosistem. Ketersediaan sumber daya alam yang juga harus memperhatikan kesiapsiagaan dalam kebencanaan. Pertumbuhan ekonomi diharapkan mampu didukung oleh infrastruktur dan fasilitas yang memadai. Fasilitas kesehatan yang mendukung dalam penanganan gizi buruk balita stunting dan kematian ibu juga merupakan tujuan dasar pembangunan Kalurahan Wonokromo.
Selanjutnya diskusi berlanjut dengan tanya jawab dan ditutup dengan closing statement Prof. Baiquni yang menyatakan “Wonokromo merupakan desa Klasik dengan sejarah lebih dari 500 tahun. Dengan adanya indikator SDGs diharapkan desa mampu menguasai informasi digital sehingg banyak data dapat di update untuk dimanfaatkan untuk stransformasi sosial menuju kesejahteraan yang berkelanjutan. Kemudian dimensi spiritual yang menjadi dasar perbuatan menjalani kebaikan yang berkelanjutan. Disamping menata bumi, sangat penting menata hati, hati yang berbahagia akan memberikan dimensi bumi yang berkelanjutan”.
Mengundang pembaca sekalian untuk hadir meramaikan Forum SDGS Seminar Series berikutnya dengan tema dan bahasan yang tidak kalah menarik. Ajak rekan dan kolega untuk berdiskusi bersama di SDGS Seminar Series. Terus ikuti perkembangan kami di Instagram Official @sdgsseminarseries dan Kanal Youtube Seminar SDG’S Series serta Kanal Citrakara Mandala di Medium.