Departemen Geografi Pembangunan Fakultas Geografi UGM telah menyelenggarakan seminar bulanan Sustainable Development Goals (SDGS) Seminar Series yang ke #57 pada 29 September 2020 dengan tema “REMBUG PAGEBLUG : DAMPAK, RESPON, DAN KONSEKUENSI PANDEMI COVID-19 DALAM DINAMIKA WILAYAH”. Seminar dilaksanakan secara daring dengan menggunakan media Webex dan live Youtube. Series kali ini sangat spresial karena membahas sebuah karya berupa buku yang sangat bermanfaat bagi kita semua. SDGS seminar series #57 mengangkat point ke 3, 4, 5, 8, 9, dan 11 dari ke 17 Point SDGS yang ada. Narasumber pada series kali ini dihadirkan editor buku Rembug Pageblug Prof. Dr. R. Rijanta dan para penanggap kritis yaitu Drs. Marsis Sutopo, M.Si (Pengurus Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia), Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si (Wakil Dekan I FIS UNM), dan DR. Dr. I Nyoman Sunarta, M.Si (Ketua Kelompok Kerja UNIED)
Prof. Dr. M Baiquni, M.A. selaku host membuka sesi dengan menyatakan bahwa Pandemi Covid 19 ini mempangaruhi banyak aspek. “Dengan adanya pandemi Covid-19 seharusnya menyadarkan manusia bahwa alam memiliki daya dukung yang terbatas. Sejak revolusi industri, penambahan penduduk sangat drastis. Setiap 11 tahun pertambahan penduduk sekitar 1 milyar,” lanjut Prof. Baiquni. Sesi selanjutnya Editor Rembug Pagebluk yaitu Prof. Dr. R. Rijanta yang memantik perbincangan dalam pendahuluannya yang menyatakan, “Pagebluk adalah wabah atau pandemi dalam bahasa yang lebih dikenal, dari bahasa sansekerta. Pandemi juga memiliki dampak yang serius terhadap lingkungan. Selain itu, dalam budaya juga sudah dikenal, contohnya adanya batik yang berartikan duka cita”.
Pagebluk memaksa masyarakat migrasi besar-besaran ke ruang virtual. Sebagian besar aktivitas berpindah ke ruang virtual. Masyarakat kota lebih siap karena dukungan teknologi yang lebih baik di bandingkan masyarakat desa. Dari cuplikan buku juga di sebutkan bahwa teknologi informasi menyelamatkan aktivitas manusia dari pandemi. Masalahnya, ada fase bosan dalam berinteraksi secara virtual. Perkembangan wilayah memberikan dampak negatif terhadap pembangunan. Pembangunan semakin macet karena adanya pandemi, sehingga memberikan banyak PR yang harus di kerjakan ketika pandemi telah selesai. Adanya pandemi ini memaksa manusia memiliki krativitas. Transisi pembelajaran di UGM berjalan baik, tetapi ada beberapa masalah, contohnya jaringan yang tidak stabil serta perbedaan waktu. Analisis keruangan penting untuk kebijakan, terutama selama pandemi. Covid19 mentransformasi kegiatan manusia dan memunculkan kreativitas manusia, terutama pemanfaatan ICT.
Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si menyatakan bahwan pandemi covid memberikan kesempatan pertemuan dengan lebih hemat budget. “Tulisan mengenai pandemi ini di harapkan dapat di wariskan kepada generasi berikutnya. Buku yang sangat bagus mengenai pagebluk yang di kombinasikan dengan fenomena masa kini. Terdapat upaya-upaya nenenk moyang di masa lalu mengenai pagebluk. Yang dimunculkan dalam buku bukan hanya mitos tetapi fakta-fakta masa lalu. Di kemukakan juga fenomena menarik yang merubah fungsi ruang sosial yang menjadi tumpuan kehidupan sehari-hari menjadi ruang privat dan virtual”. Sambung Prof Sugeng. Sementara itu Drs. Marsis Sutopo, M.Si menyampaikan tanggapan beliau bahwa “Pagebluk, mengingatkan kita bahwa ada kekuatan di luar manusia, sehingga memberikan prinsip kepercayaan. Sehat menjadi kekayaan yang tidak dapat tergantikan. Budaya baru, adaptasi harus semakin di biasakan, contoh memakai masker. Manusia hidup dan mengatur dunia dengan cara baru karena munculnya mahluk baru yang di sebut corona”. Krisis yang sangat dirasakan dalam pandemi adalah aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Sebagai generasi 50an sebenarnya seringkali mengalami pagebluk meskipun dalam lingkup yang kecil seperti ontohnya, gudig, beleken, kolera, muntaber, cacar, dbd, dan lain-lain. Oleh karena itu pagebluk dapat terjadi karena terganggungya relasi antara mikrokosmos dan makrokosmos, atau orang jawa sering menyebutnya sebagai pandegu. untuk menghindari kekuatan di luar manusia tersebut dulu masyarakat muncul tradisi bersih desa. Setelah itu DR. Drs, I Nyoman Sunarta, M.Si menyatakan bahwa di Bali sudah lama mengenal pagebluk, dalam bahasa bali paglebuk yanga rtinya sama seperti pandemi. Solusi mengenai pagebluk seharusnya juga mempertimbnngkan ruang dan waktu. “Pandemi juga menarik jika di kaitkan dengan SDGs, berhubung banyaknya pendapatmengenai berakhirnya pandemi yang cukup lama. Tidak banyak ilmu lain yang mempertimbangkan pembangunan berkelanjutan.” Tangkas beliau menutup sesi bincang dan dilanjut sesi tanya jawab yang sangat menarik.
Mengundang pembaca sekalian untuk hadir meramaikan Forum SDGS Seminar Series berikutnya dengan tema dan bahasan yang tidak kalah menarik. Ajak rekan dan kolega untuk berdiskusi bersama di SDGS Seminar Series. Terus ikuti perkembangan kami di Instagram Official @sdgsseminarseries dan Kanal Youtube Seminar SDG’S Series serta Kanal Citrakara Mandala di Medium.