Sustainable Development Geography (SDGs) Seminar Nasional Series#54 diselenggarakan oleh Departemen Geografi Pembangunan dalam Webinar Spesial dengan tema Implementasi Smart
City, Village, dan Region pada Masa Pandemi Covid-19 dan dalam Menghadapi New Normal. Acara tersebut diselenggarakan pada hari Senin tanggal 29 Juni 2020 dan dilaksanakan dengan konsep seminar online atau webinar melalui media Zoom dan live streaming youtube yang diikuti oleh peserta dari seluruh Indonesia. Pada rangkaian acara kali ini seminar SDGs didukung oleh Kelompok Studi Smart City, Village & Region Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada dengan menghadirkan 4 narasumber kepala daerah kabupaten yaitu dr. Mirna Annisa, M.Si. (Bupati Kabupaten Kendal), KH. Yazid Mahfudz (Bupati Kabupaten Kebumen), Ir. H. Ismunandar, M.T. (Bupati Kabupaten Kutai Timur), dan H. Joncik Muhammad, S.Si., SH. MM, MH. (Bupati Kabupaten Empat Lawang). Berperan sebagai moderator sekaligus pemantik diskusi yaitu Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T. selaku Koordinator Kelompok Studi Smart City, Village & Region (SCVR) dan juga sebagai Sekretaris Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas Geografi, UGM.
Acara webinar diawali dengan sambutan dari Ketua Departemen Geografi Pembangunan, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A. sekaligus sebagai Host yang dalam sambutannya menyampaikan mengenai
pentingnya e-government, teknologi informasi, dan perannya dalam membangun wilayah. Smart City, Village & Region merupakan salah satu flagship yang dikembangkan di Departemen Geografi Pembangunan. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Dekan Fakultas Geografi UGM, Prof. Dr. Rer.Nat. Muh Aris Marfai, S.Si., M.Sc., yang dalam sambutannya menyebutkan bahwa setiap wilayah memiliki perbedaan dalam program penanganan, strategi dari potensi dan kesiapan masyarakat dan disini akan mencari pengetahuan dari best practices dan posisi strategis dari kelompok studi Smart City, Village & Region di Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.
Dr. Rini Rachmawati mengawali materi webinar dengan menyampaikan materi pemantik diskusi yang berisi tentang konsep dasar Smart City, Village & Region dan implementasinya pada masa
pandemi Covid-19 dan New Normal. Implementasi Smart City, Village & Region dapat ditinjau dari konsep yang yang diperkuat dengan empiris. Empiris didasarkan pada pengalaman yang dalam hal ini akan dikemukakan best practices dari daerah. Dr. Rini Rachmawati menyitir dari Branchi et al. (2014) dan Rachmawati (2019) mengatakan bahwa smart city merupakan konsep terkait dengan wilayah yang dapat menyelesaikan masalah pada sebagian besar aspek kehidupan dan bertujuan mencapai pengelolaan kota yang lebih baik melalui teknologi yang cerdas. Lebih lanjut bersumber dari Branchi et al. (2014) dan Nam and Pardo (2011) disampaikan bahwa smart city didukung oleh perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) dan aplikasi yang dapat membantu penyelesaian masing-masing wilayah dan dapat memberikan kebebasan untuk berbicara atau menyampaikan aspirasi dan memudahkan untuk penyampaikan layanan publik. Kondisi pandemi yang mengharuskan physical distancing, lockdown atau PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Indonesia memberikan pengaruh dalam implementasi Smart City, Village & Region. Setiap daerah dapat memiliki program yang mendukung implementasi Smart City, Village & Region diantaranya dengan memanfaatkan media sosial dan ICT. Kaitannya dengan New Normal, pemanfaatan ICT yang saling terintegrasi dan penerapan yang berpedoman pada panduan New Normal yang telah ditetapkan oleh pemerintah merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan.
Pembicara pertama Bupati Kabupaten Kebumen, KH. Yazid Mahfudz, menyampaikan bahwa saat ini Kabupaten Kebumen telah banyak melakukan inovasi layanan dalam pengembangan Kabupaten Kebumen sebagai Smart City. Inovasi yang pertama, yaitu SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu), e-BPHTB untuk melaporkan pajak secara online, Pancen Maen (pelayanan administrasi kependudukan), iKebumen yang merupakan perpustakaan digital berbasis media sosial PPDB SMP Online, integrasi desa online PETAKU dan Bang Kumis (PDAM) untuk mengetahui secara cepat lokasi data pelanggan, e-tax (Bapenda) yang digunakan oleh wajib pajak daerah untuk menghitung dan melaporkan kewajiban perpajakannya secara online, tele sehat sebagai aplikasi pemantau kesehatan dan Mall pelayanan publik dengan 250 jenis layanan dari 25 instansi, seperti KPP pratama, BPJS kesehatan, PLN, kementrian agama, bank jateng dan sebagainya. Kabupaten Kebumen juga fokus menyiapkan New Normal pada beberapa sektor seperti pasar modern, perhotelan, pasar tradisional, pariwisata, dan perhubungan. Kebumen menekankan bahwa Smart City bukan hanya pengembangan teknologi pada berbagai sektor, tetapi juga menjadi budaya bagi masyarakat.
Pembicara selanjutnya, yakni dari Kabupaten Kendal yang disampaikan oleh Bupati Kendal, dr. Mirna Annisa, M.Si., terkait dengan program-program terkait pandemi Covid-19. Kabupaten Kendal menyesuaikan berbagai kebijakannya dengan kebijakan nasional seperti wilayah kabupaten/kota lainnya. Kabupaten Kendal memaksimalkan aplikasi yang telah diterapkan di 286 desa yang juga sedang di-breakdown hingga ke tingkat RT dan RW sejak Bulan April, seperti Yankes Online, SIAPP, Poskamling Pintar, dan lain-lain. Aplikasi tersebut dapat discan melalui QR dan mengintegrasikan LH, investasi, tata kelola pemerintahan, pendidikan, kesehatan, pendapatan masyarakat, kemiskinan, responsif gender, kesadaran pemuda, infrastruktur dan ekonomi kerakyatan. Kendala penerapan berbagai inovasi aplikasi tersebut, yaitu adanya blank spot. Salah satu inovasi yang muncul saat pandemi adalah aplikasi Pasar Tradisional yang melakukan zonasi pasar dalam satu kecamatan untuk memenuhi kebutuhan desa dan penguatan ekonomi lokal yang anggotanya mencapai hampir 2000 pedagang di Kabupaten Kendal.
Materi berikutnya disampaikan oleh Bupati Kutai Timur, Ir. H. Ismunandar, M.T., yang menekankan pada skenario penanganan ekonomi COVID-19 melalui pemanfaatan ICT. Dampak COVID-19 di Kutai Timur terjadi secara multidimensional yang mencakup sektor kesehatan, sosial, dan ekonomi yang mayoritasnya berasal dari pelaku perjalanan. Dari aspek kesehatan yaitu adanya peningkatan ODP dan PDP. Sedangkan secara sosial yaitu adanya peningkatan angka kemiskinan dan pengangguran di Kutai Timur. Sementara secara ekonomi, COVID-19 menurunkan produksi konsumsi dan daya beli masyarakat. ICT sendiri digunakan sebagai media yang menggerakkan ekonomi lokal. Saat ini Kutai Timur sedang menyusun panduan Satgas COVID-19 dan Tatanan Normal Baru dengan bantuan alokasi dana dari pemerintah daerah dan CSR Kabupaten Kutai Timur dengan mencanangkan program gerakan pemanfaatan lahan dan pekarangan yang mendukung ketersediaan pangan lokal. Implementasi smart city dalam COVID-19 dilakukan dengan memanfaatkan ICT dalam penguatan ekonomi lokal. Aplikasi berbasis ICT kemudian diciptakan yang membantu dalam menurunkan status warna Kutai Timur dari merah ke kuning melalui peningkatan kesadaran masyarakat. Beberapa aplikasi yang dihasilkan, yaitu Aplikasi MYASPAL merupakan aplikasi yang membantu pemasaran dan product delivery UMKM dan Pedagang, aplikasi kurir Sangatta juga dibentuk untuk product delivery, aplikasi ekojek, aplikasi angkasa untuk memasarkan produk UMKM, aplikasi kurir mandiri jaya di dalam Kota Sangatta, aplikasi Goetam untuk pelayanan jasa transportasi lokal, pemantauan sebaran wabah covid-19 melalui website corona.kutaitimurkab.go.id, pembayaran pajak secara online, aplikasi kependudukan dan catatan sipil, dan pemanfaatan aplikasi online meeting atau cloud meeting di command room Kominfo Kutai Timur.
Selanjutnya materi disampaikan oleh Bupati Kabupaten Empat Lawang, H. Joncik Muhammad, S.Si., S.H., M.M., M.H., bahwa Kabupaten Empat Lawang berfokus dalam pengembangan smart regency yang bertujuan untuk menciptakan Kabupaten Empat Lawang dapat bersaing dalam perekonomian global dalam smart agriculture dan sustainable environment. Selain itu, Kabupaten Empat Lawang juga berfokus dalam penguatan smart branding melalui inovasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, yaitu Saling Keruani, SIAP Lapor, Teman For Us, dan Jebol Daku. Terkait dengan penyediaan ICT, Kabupaten Empat Lawang masih terkendala soal jaringan karena baru 20 BTS dari 79 BTS yang dapat terjangkau 4G dan masih terdapat 11 desa yang blank spot dan belum ada data center di Kabupaten Empat Lawang. Perihal penanganan Pandemi COVID-19, Kabupaten Empat Lawang saat ini sedang menangani masalah kesehatan dan ekonomi. Pemerintah setempat telah mendata 3112 UMKM yang terdampak dan memberikan bantuan kepada mereka untuk mengaktifkan kembali ekonominya melalui cara konvensional dan juga menyalurkan bantuan sembako kepada masyarakat yang membutuhkan.
Acara ditutup dengan rangkuman oleh moderator mengenai perlunya peran berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat dan swasta dalam menghadapi pandemi secara bersinergi dan berupaya menuju new normal. Selain itu diharapkan bagi daerah yang telah dengan baik mengimplementasikan smart city village & region dalam masa pandemi dan menuju new normal dapat menjadi contoh bagi daerah yang lain.
(Kelompok Studi Smart City, Village & Region, Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada).