Sustainable Development Goal’s (SDG’s) Seminar Series merupakan seminar bulanan yang diadakan setiap akhir bulan oleh Departemen Geografi Pembangunan Fakultas Geografi UGM. Pada penghujung bulan Februari 2020, tepatnya pada hari kamis tanggal 13 Februari 2020 Departemen Geografi Pembangunan Fakultas Geografi UGM menyelenggarakan seminar bulanan Sustainable Development Goal’s (SDG’s) Seminar Series yang ke #50 dengan tema “Soil Security and Digital Soil Mapping for Food Security”. Narasumber yang diundang pada kesempatan kali ini adalah Prof. Damien Field dari University of Sidney dan Wirastuti Widyatmanti, Ph.D. dari Departemen Sains Informasi Geografi.
Pada sesi pertama, Prof Damien Field memaparkan bahwa Soil Security sulit untuk ditentukan karena belum ada referensi yang dapat menjadi acuan untuk peneliti. Terdapat beberapa tantangan daalam pemanfaatan tanah, beberapa diantaranya yaitu, Ketersediaan lahan yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia, perubahan kebutuhan, dan lain sebagainya. Terkait dengan ketahanan air, salah satu kota di Australia hanya dapat menggunakan air dari hasil distribusi oleh pemerintah, karena ketersediaan air yang menipis dan masyarakat hanya dapat memanfaatkan air dalam kuantitas tertentu. Terkait dengan keberlanjutan energi, tanah digunakan untuk meningkatkan produksi pertanian untuk menghasilkan energi. Tanah juga berguna sebagai tempat perlindungan makhluk hidup, dimana tanah mwngandung biodiversitas atau tempat makhluk hidup yang bervariasi tinggal.
Tanah memiliki beberapa fungsi tertentu, beberapa diantaranya yaitu produksi biomassa, sebagai perantara siklus air, lingkungann kultural, sumber bahan mentah, dan sebagai tempat berlangsungnya peninggalan budaya. Fungsi-fungsi tanah tersebut kemudian dapat dihubungkan dengan masalah-masalah yang ada di dunia. Sero hunger, life on land, good health and well being and clean water and sanitation merupakan poin SDGsyang paling dipengaruhi oleh tanah. Kontribusi tanah dlam poin 2 SDGs berpengaruh pada produksi makanan sesuai dengan kurva Food Demand and Supply Challenge Towards 2050 by Keating et al. Salah satu kontribusinya yaitu tanah yang dapat memproduksi makanan yang dapat mempengaruhi kesehatan konsumennya. Akan tetapi hasil pangan yang dihasilkan oleh petani dilakukan dengan orientasi finasial dimana terdapat masalah yaitu bagaimana pemanfaatan lahan yang dilindungi dengan regulasi untuk mempertahankan groundwater dapat dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan ekonomi? Maka dari itu dibutuhkan beberapa dimensi dalam menilai tanah yaitu Kapabilitas (kemampuan tanah) , kondisi (kesehatan), modal ( peruntukan yang diprioritaskan), konektivitas, dan codification (regulasi).
Di Australia tela dibuat peta yang peruntukkannya dibagi untuk tanah yang digunakan dalam produksi dan tanah yang digunakan untuk rekreasi dan konservasi biodiversitas dengan menggunakan time frames geologi, kedalaman tanah, tekstur, tipe klei, dan sifat bebatuan yang ada, serta pH dan kandungan bahan organik tanah. Ketika kita mengubah kondisi tanah, misalnya dengan menebang pohon sehingga terjadi erosi maka terdapat
beberapa kondisi tanah yang berubah misalnya pH dan kandungan klei dalam tanah. Sekarang kita bisa memprediksi perubahan apa yang terjadi pada tanah. Jika perubahan yang terjadi cukup besar, maka suatu jenis tanah dapat berubah menjadi jenis tanah lain. Peta tanah yang sudah ada sejak dahulu kemudian dipetakan secara berkala setelah terjadi perubahan (misalnya erosi), sehingga pembuat kebijakan dapat mengetahui penggunaan tanah sebelum perubahan dan setelah perubahan.
Kapabilitas tanah itu dihasilkan dari kapasitas dan kondisi tanah. Ketika tanah di suatu wilayah berubah maka kita dapat mengubah kondisi tanah kembali ke kondisi awalnya akan tetapi tidak dapat berubah 100%. Jika kita memfokuskan pada produksi maka, ekspansi luas tanah yang digunakan sebagai lahan produksi hanya dapat difokuskan pada beberapa tanaman pangan saja. Misalnya di Tasmania tanah dipetakan untuk dapat mengetahui tanah di daerah mana yang sesuai untuk budidaya suatu tanaman pangan dari 20 jenis tanaman pangan yang biasanya dibudidayakan di wilayah tersebut. Digital soil mapping penting untuk menyediakan data teraktual dan tepat untuk pemanfaatan tanah
Kebanyakan keputusan tidak dilakukan berdasarkan sains melainkan berdasarkan ego manusia sehingga permasalahan-permasalahan yang sudah dijelaskan dapat terjadi. Tanah sebagai modal digunakan untuk memproduksi pangan demi ketahanan pangan. Tanah di Tasmania telah dipetakan berdasarkan nilainya yaitu nilai tanah untuk produksi (sebagian besar di bagian utara Tasmania) dan nilai tanah untuk non produksi (sebagian besar di bagian selatan Tasmania). Regulasi yang tepat dibutuhkan untuk dapat mempertahankan soil safety agar masyarakat tidak memanfaatkan tanah secara berlebihan dan pemanfaatan tanah dapat dilakukan dengan adil. Pemerintah dapat dibantu oleh sector swasta dalam mempengaruhi decision maker. Land tenure dan edukasi merupakan hal yang penting untuk masyarakat agar langsung terhubung dengan tanah., sedangkan modal sosial berpengaruh untuk konektivitas secara tidak langsung dengan tanah. Pemetaan soil security dapat dilakukan dengan metode Pixel by Pixel, sehingga penggunaan/pemanfaatan tanah yang sesuai dengan teliti.
Pada sesi kedua, Wirastuti Widyatmanti, Ph.D. memaparkan bahwa tanah tidak hanya berfungsi untuk hal-hal sederhana, tetapi terdapat nilai/value yang dapat diberikan untuk tanah dari berbagai aspek yang kompleks. Sedikitnya analisis untuk menilai dimensi soil security menyebabkan tertinggalnya penerapan soil security di Indonesia. Kapabilitas dan codification merupakan dimensi yang terlebih dahulu dikaji di Indonesia, setelah itu ketiga dimensi lainnya akan dikaji. Diperlukan kolaborasi berbagai disiplin ilum untuk dapat menganalisis 3 (selain kapabilitas dan codification) dimensi soil security di Indonesia. Kesedian peta tanah dari skala general hingga detail diperlukan untuk dapat melakukan penerapan soil security di Indonesia. Data sampel eksisting Indonesia (legacy data) yang masih kurang informasinya dapat dimanfaatkan dengan menggunakan metode yang lebih cangging untuk dapat menghasilkan informasi yang akurat untuk pemetaan tanah di Indonesia. Metode harmonisasi data yang tidak berjalan dengan baik dan kegiatan yang sporadis menjadi salah datu kendala soil mapping di Indonesia. DSM di Indonesia untuk saat ini masih
berfokus untuk pemetaan pada tipe tanah gambut dan tanah vulkanik.
Soil mapping di Indonesia menggunakan berbagai sumber untuk mendapatkan data tanah yang tepat. DSM (Digital Soil Mapping) di Indonesia dilakukan dengan berpedomen pada dasar Sig yaitu dengan menggunakan beberapa layer data. kodifikasi dilakukan untuk memastikan apakah ada peraturan mengikat yang mendukung nilai tanah yang sustain. Decision maker perlu memerhatikan kepentingan masyarakat dalam menentukan penggunaan tanah. DSM tidak cukup dilakukan untuk lahan gambut saja tetapi untuk berbagai tipe lahan di Indonesia perlu dipetakan untuk mengetahui kontribusi tanah tersebut untuk menjadi lahan produksi yang dapat menghasilkan bahan pangan.